Andika Supriadi Saputra bisa dikategorikan sebagai pelatih muda berprestasi. Dia tidak gentar beradu strategi dengan pelatih-pelatih senior di tengah ketatnya persaingan IBL. Kuncinya, Andika tidak pernah berhenti belajar. Selalu haus menimba ilmu dari para seniornya.
Andika dikenal sebagai kepala pelatih Hangtuah beberapa musim terakhir. Sukses membawa Hangtuah ke playoff dua musim beruntun. Bahkan jauh sebelum itu, ia adalah asisten pelatih Andre Yuwadi di tim Stadium Jakarta saat mereka mencapai empat besar NBL Indonesia 2014-2015.
Memang perannya di Hangtuah pada musim 2016 hingga 2018 bisa dibilang fenomenal. Pelatih yang tidak pernah muncul, dan selalu di belakang layar, tiba-tiba membawa tim dengan sangat baik. Tentu IBL Fans dibuat penasaran oleh sosok yang satu ini. Apalagi, dia membawa tim Hangtuah yang terkenal dengan talenta-talenta muda berbakat.
Inilah kelebihan Andika. Usianya yang juga relatif muda, membuatnya mudah berkomunikasi dengan pemain muda. Itu menguntungkan bagi tim. Bahkan kelebihan tersebut membawanya menuju panggung internasional. Pada tahun 2018 lalu, dia mendapat tugas menjadi pelatih kepala timnas U18 Indonesia di FIBA U18 Asian Championship yang berlangsung di Thailand, 5-11 Agustus 2018.
Hasilnya tidak mengecewakan. Kali ini Indonesia setidaknya pulang dengan tiga kemenangan, dan lolos fase grup. Padahal, di kejuaraan sebelumnya, Indonesia muda dihajar habis-habisan.
Kita tinggalkan catatan prestasi Andika di internasional. Kita kembali ke IBL.
Kali ini, Andika menjadi pelatih tim baru Louvre Surabaya. Dirinya sempat kaget saat ditawari menangani Louvre. Tim yang jadi kontestan baru di IBL. Tim yang benar-benar baru, tanpa ada sejarah basket sebelumnya. Gelombang keraguan pun mulai bergejolak dalam hatinya. Apalagi, ia akan meninggalkan Hangtuah dan kota Jakarta.
"Pak Erick (Herlangga) meminta saya bergabung, dan membuat tim basket dari nol," katanya. "Hal pertama yang saya ingin lihat adalah visi dan misi tim ini. Sebab ada tim yang mau cepat naik, ada juga yang mau berproses."
Langkah-langkah membangun tim Louvre yang dimulai dari nol tersebut diawal dengan pemilihan pemain. Andika memanfaatkan keuntungan yang diberikan IBL untuk tim baru. Mereka boleh mengambil lima nama di luar IBL.
Memang tidak mudah. Karena jumlah pemain basket di Indonesia tidak banyak. Ditambah lagi, beberapa peristiwa yang menimpa klub-klub Indonesia terkait anggaran, membuat pemain-pemain tidak tertarik menapaki karier ke jenjang profesional. Louvre pun terbentuk dengan skuad yang bisa bersaing di IBL 2019-2020. Buktinya, mereka menempati posisi kelima di klasemen sementara, sebelum liga dihentikan karena pandemi Covid-19.
Lebih lanjut, Andika menegaskan bahwa Surabaya kota yang hebat dalam hal basket. Memang sulit menciptakan sesuatu yang baru di Surabaya. Seperti membuat tim Louvre dicintai penggemar basket di Surabaya. Tetapi Andika dan Louvre ingin membuktikan bahwa mereka siap jadi idola baru bagi pecinta basket Surabaya.
Andika boleh berbangga diri. Sebab jika nanti tim ini yang besar suatu hari nanti, dirinya termasuk orang-orang pertama yang mengembangkan layar kapal bernama Louvre Surabaya. (*)
0 Comments