Memang sulit berada di salah satu klub papan atas liga basket profesional Indonesia. Seperti cerita Juan Laurent Kokodiputra, pemain Satria Muda Pertamina Jakarta. Meski sempat menjadi pemain terbaik, Juan masih belum menunjukkan aura bintang. Tapi penampilannya terus berkembang dari waktu ke waktu.

Pada musim debutnya, Juan berhasil menempatkan dirinya jadi pendatang baru terbaik. Ia menjadi Rookie of The Year IBL 2017, menyingkirkan Nuke Tri Saputra dan Cassiopeia Thomas Manuputty sebagai pesaingnya. Juan saat itu menorehkan statistik 8,1 PPG, 2,8 RPG dan 0,6 APG. Yang paling mencolok tentu field goals yang mencapai 46%, dan tembakan tiga angka dengan persentase 37%. 

Setelah itu, dilema mulai muncul. Pelatih saat itu, Youbel Sondakh menemukan bakat lain dari pemain setinggi 193 CM tersebut. Karena akurasinya tajam, Juan bisa cocok dijadikan shooter, bukan lagi menempati posisi Power Forward yang dia mainkan saat itu. 

Perubahan posisi itu sempat menyulitkan. Apalagi secara persaingan shooter di Satria Muda sangat ketat. Untuk IBL 2020 ada beberapa nama pemain dengan akurasi tembakan tajam seperti M. Sandy Ibrahim Aziz, Bima Riski Ardiansyah, Avan Seputra, dan Rivaldo Tandra Pangesthio. Meski dua nama terakhir sering menjadi small forward dengan tugas menusuk paint area. 

Meski penampilannya sempat menurun, Juan kembali menunjukkan kelasnya musim ini. Pada IBL 2020 Juan bisa mencetak rataan statistik 6,1 PPG, 3,7 RPG, dan 2,0 APG. Ini berarti, Juan mulai nyaman dengan perubahan posisi yang dilakukan timnya. 

Juan memang bisa jadi shooter masa depan Indonesia. Selain punya ketajaman tembakan tripoin, keuntungan lainnya adalah tinggi badan. Dibandingkan dengan shooter tanah air lain, peraih medali emas PON 2016 Jawa Barat ini terbilang lebih tinggi. Juan juga sempat mengikuti seleksi timnas Indonesia. 

Bila terus meningkat, bukan mustahil suatu saat nanti, Juan mengisi roster timnas Indonesia di ajang internasional. (*)