Setiap pertandingan hebat selalu membutuhkan wasit yang adil, tegas, dan penuh dedikasi. Di balik riuh rendah stadion dan sorot kamera, Harja Jaladri telah menjadi simbol ketegasan dan integritas di dunia perwasitan bola basket Indonesia. Setelah puluhan tahun mengabdi di lapangan, Harja akhirnya memutuskan untuk mengakhiri kariernya sebagai wasit dan membuka babak baru dalam hidupnya menjadi pembimbing bagi para penerus.
Tak berlebihan jika Harja disebut sebagai satu di antara wasit terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Konsistensinya memimpin pertandingan dengan keputusan yang presisi dan sikap yang tenang membuatnya dihormati oleh pemain, pelatih, hingga rekan-rekannya sendiri.
Tak hanya memimpin pertandingan, Harja menjaga ritme dan keadilan permainan. Namanya berkali-kali tercatat dalam daftar wasit terbaik liga, dan kerap dipercaya untuk memimpin laga-laga besar dan penuh tekanan, termasuk partai final Indonesian Basketball League (IBL) dan pertandingan penting lainnya di tingkat nasional.
Bahkan Harja menaiki panggung yang lebih besar lagi. Peluit membawanya ke berbagai pentas dunia seperti NBA Summer League, FIBA Asia Cup, serta FIBA World Cup. Pencapaian yang tak pernah dibayangkan Harja saat pertama kali meniup peluit pada 1996.
Karier Harja bukan sekadar jumlah pertandingan yang dipimpin, tetapi tentang kualitas pengadilannya yang tak tergantikan. Harja menjadi sosok yang mampu mengendalikan tensi permainan dengan kehadirannya yang tegas, namun menenangkan. Di dunia perwasitan yang sering jadi sorotan tajam, Harja mampu menjaga wibawa dan kepercayaan publik. Tanpa disadari, Harja menjadi wajah perwasitan basket Indonesia: cermat membaca situasi, lugas mengambil keputusan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas.
Kini, Harja memutuskan untuk menutup kariernya sebagai wasit aktif. Bukan karena langkahnya melambat, tapi karena ia percaya sudah saatnya membuka jalan bagi generasi baru. “Saya percaya, regenerasi itu penting. Lapangan ini tidak hanya milik kita yang sudah lama di dalamnya. Sudah saatnya wasit-wasit muda tampil, belajar, dan mengambil peran,” ujar Harja.
Peluit terakhir Harja berbunyi pada pertandingan Dewa United Banten melawan Pelita Jaya Jakarta, Sabtu (21/6). Dalam pertandingan tersebut, Harja menutup karier dengan berbagai kenangan baik dan buruknya.
“Saya mungkin sudah tidak berdiri di tengah lapangan lagi, tapi saya ingin tetap hadir dalam proses. Saya ingin membantu mereka yang baru mulai, agar mereka tidak hanya tahu aturan, tapi juga mengerti esensi menjadi wasit yang adil dan bijaksana,” tambahnya.
Dengan pengalaman panjang dan pengaruh besar di dunia perwasitan, Harja sadar bahwa warisan terbaik bukanlah trofi atau penghargaan pribadi, tetapi generasi penerus yang bisa berdiri lebih tinggi di atas fondasi yang dibangun. “Kalau saya terus bertahan, kapan mereka bisa naik? Saya tidak ingin terus menjadi yang dibandingkan. Saya ingin jadi batu pijakan,” ucap Harja.
Harja Jaladri menutup lembar kariernya di atas lapangan, namun membuka halaman baru sebagai guru dan pembina. Meski peluitnya kini disimpan, suaranya tetap terdengar dalam setiap nasihat, dalam setiap materi pelatihan, dan dalam setiap wasit muda yang belajar dari keteladanannya. Dunia basket Indonesia beruntung pernah memiliki sosok sepertinya, seorang pengadil yang tidak hanya menjaga permainan, tetapi juga menjaga nilai-nilainya.
0 Comments