Tidak terasa kini sudah menginjak musim kelima, sejak Indonesian Basketball League (IBL) kembali menjadi liga kasta tertinggi di Indonesia. Ada baiknya di saat #dirumahaja, kita mengingat kembali tim-tim yang pernah menjuarai IBL, termasuk dengan pejalanan singkat mereka dalam meraih gelar tersebut.
Pada tahun 2015, NBL Indonesia berakhir. Ini karena kontrak pengelolaan liga profesional yang dipegang PT DBL Indonesia sudah habis. Selanjutnya PP Perbasi menunjuk Starting Five untuk memutar liga profesional. Itulah sejarah singkat kembalinya IBL, atau yang kita kenal dengan sebutan IBL Reborn.
Pesertanya ada 12 tim, yakni CLS Knights Surabaya, Pelita Jaya EMP Jakarta, M88 Aspac Jakarta, Satria Muda Pertamina Jakarta, Garuda Bandung, Stadium Happy 8 Jakarta, Hangtuah Sumsel, Satya Wacana Salatiga, JNE Bandung Utama, Bimasakti Nikko Steel Malang, NSH Jakarta, dan Pacific Caesar Surabaya.
IBL Reborn diserbu pemain-pemain naturalisasi, serta pemain berkewarganegaraan ganda. Nama-nama yang sempat beredar saat itu adalah Jamarr Andre Johnson, Anthony Ray Hargrove Jr., Anthony Wayne Cates Jr., Michael Willie Gee, Brandon Jawato, Ebrahim Enguio Lopez, dan beberapa nama lainnya. Perlu diingat bahwa saat itu, liga belum menggunakan jasa pemain asing.
Fokus ke CLS Knights. Pada awal musim, pelatih kepala Kim Dong Won tidak lagi membesut tim ini. Justru kemudian asistennya, Wahyu Widayat Jati yang menggantikannya. Tim ini juga ditinggalkan oleh Dimaz Muharri yang tiba-tiba pamit pensiun setelah turnamen pre-season (Perbasi Cup). Namun saat itu, CLS Knights bisa memainkan Jamarr Andre Johnson.
Keperkasaan Jamarr di paint area, ditambah dengan keras dan disiplinnya Wahyu Widayat Jati mengubah CLS Knights jadi tim paling menakutkan saat itu. Mereka bisa memenangkan 31 dari 33 pertandingan regular season. Prestasi CLS Knights ini memang tidak terkejar kala itu. Peringkat dua saja, yaitu Pelita Jaya, terpaut tiga kemenangan (28 kali menang dari 33 pertandingan).
Keberadaan Jamarr saat itu menjadi kunci kemenangan CLS Knights. Ia bisa mencetak 15,2 PPG dan 9,8 RPG. Jamarr sukses menggondol gelar Most Valuable Player (MVP). Karena ini penampilan pertamanya di liga Indonesia, maka Jamarr pun dinobatkan sebagai Rookie of The Year saat itu.
Berlanjut ke babak Play-Off. CLS Knights dan Pelita Jaya yang menempati dua tangga teratas klasemen akhir, punya keuntungan di Play-Off. Dengan sekali menang saja, kedua tim tersebut langsung melaju ke semifinal. Sedangkan bila kalah, maka akan ada pertandingan kedua. Ini dinamakan Twice To Beat. Ternyata CLS Knights dan Pelita Jaya bisa menang dengan mudah di putaran pertama. CLS Knights mengalahkan Satya Wacana (62-52), sedangkan Pelita Jaya menumbangkan Hangtuah (57-51).
Berlanjut ke semifinal. Dua tim tadi masih sama-sama perkasa. CLS Knights mengalahkan Satria Muda dengan keunggulan 2-0. Sementara Pelita Jaya menyusul CLS Knights ke final setelah menang 2-0 atas Aspac. Di babak ini, sistem pertandingan yang digunakan adalah Best Of Three.
Akhirnya, sampai juga di babak puncak. Perlu diingat bila saat itu, dua pemain yang menjadi cikal bakal pemain Louvre Surabaya ada di situ. Mereka adalah Jamarr Johnson dan Brandon Jawato. Pertarungan mereka sangat seru. Pelita Jaya unggul 77-70 di laga pertama. CLS Knights membalas dengan kemenangan 59-54 di laga kedua.
Setelah bertanding sama kuat, maka pada 29 Mei 2016, berlangsung laga penentuan. Kali ini Britama Arena benar-benar dipadati penonton. Jawato menjadi mesin poin Pelita Jaya dengan torehan 21 points. Sedangkan di kubu CLS Knights, Jamarr step-up dengan raihan 19 points dan 12 rebounds. CLS Knights menjadi juara dengan skor kemenangan 67-61.
Sebuah gelar manis yang sangat dirindukan tim CLS Knights Surabaya. Itulah kisah-kisah perjalanan juara tim-tim IBL.
Nantikan fakta menarik selanjutnya di iblindonesia.com. (*)
0 Comments