Bulan Maret 2020, wabah virus Covid-19 mulai merebak. Pemerintah Republik Indonesia mulai melakukan pembatasan terhadap kegiatan yang menghadirkan massa. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi IBL. Sebab, liga sudah memasuki seri keenam. Persaingan menuju playoff semakin sengit. Namun tantangan dari penyelenggaraan liga makin sulit.
IBL mulai menerapkan protokol kesehatan bagi semuanya. Mulai dari menyediakan tempat mencuci tangan, hand-sanitizer, dan memerika suhu penonton yang akan memasuki DBL Arena Surabaya. Ini memang langkah awal mencegah penularan Covid-19.
Kembali ke membahas mengenai kompetisi. IBL seri keenam ini sangat berkesan. Khususnya ketika suguhan utama di seri tersebut yakni derby Surabaya. Pertemuan Louvre dan Pacific Caesar di Surabaya sangat ditunggu-tunggu. Layaknya laga puncak, derby Kota Pahlawan menyedot perhatian penonton. DBL Arena yang berkapasitas 5.000 penonton penuh sesak.
Pacific kembali ke liga profesional pada tahun 2011. Namun dalam perjalanannya, mereka d bawah bayang-bayang CLS Knights Surabaya. Tetapi ada masa di mana Pacific menjadi penguasa Surabaya, saat CLS memilih mundur dari IBL. Kala itu Pacific benar-benar mencuri perhatian. Mereka bisa ke playoff, dan puncaknya bisa ke semifinal IBL 2018-2019.
Kenyamanan Pacific mulai terusik ketika muncul Louvre sebagai peserta baru. Mereka memilih berdomisili di Surabaya. Louvre mengambil beberapa bintang basket Indonesia yang membuat mereka jadi idola baru di IBL. Louvre langsung mencuri perhatian IBL Fans dari kota Surabaya.
Dari sisi komposisi pemain, kedua tim sebenarnya sama kuat. Tetapi soal keberanian mengambil pemain asing dalam Draft Foreign Player 2019 yang jadi pembeda. Pacific yang ingin mempertahankan prestasi justru lebih hati-hati dalam memilih pemain. Hasilnya, mereka malah struggle di awal, dan sempat melakukan pergantian pemain asing. Sebaliknya, Louvre yang tanpa beban mengambil pemain-pemain asing yang menurut mereka bisa mengangkat prestasinya.
Setelah berjalan lima seri, Louvre ternyata lebih baik dari Pacific, bila dilihat dari sisi peringkat di klasemen. Di pertemuan pertama musim 2020, Louvre juga unggul atas Pacific. Louvre juga berhasil memenangi Duel Kota Pahlawan melawan Pacific Caesar dengan skor 86-83 di DBL Arena, Surabaya. Louvre sempat tertinggal 17 poin di babak pertama. Mereka pun bangkit di kuarter ketiga dan berbalik memimpin laga. Hasil ini membuat Louvre unggul head-to-head (2-0) atas Pacific. Pertandingan ini berlangsung sengit dan disaksikan oleh ribuan IBL Fans.
Kita tinggalkan dulu persaingan derby Surabaya, dan mengingat kembali performa tim-tim lain. Seri Surabaya menjadi gelaran terakhir IBL 2020. Karena setelah itu, liga dihentikan karena wabah virus Covid-19 sudah meraja lela. Tetapi dari sini, kita bisa mengukur kekuatan tim-tim di IBL.
Satya Wacana Salatiga dan Bank BPD DIY Bima Perkasa berada di dasar klasemen dengan mengumpulkan tiga kemenangan. Sementara di atasnya ada Amartha Hangtuah dan Prawira Bandung yang sama-sama mendapatkan empat kemenangan. Pacific mengumpulkan lima kemenangan, dan Louvre tujuh kemenangan. Di atas Louvre ada Satria Muda Pertamina Jakarta dengan sembilan kemenangan.
Justru yang menarik, ada dua tim yang sama-sama mengumpulkan 10 kemenangan. Mereka adalah NSH Jakarta dan Pelita Jaya Bakrie. Meski memang ada perbedaan soal jumlah pertandingan. Tetapi ini jadi catatan sejarah liga bahwa NSH bisa mencapai papan atas dalam dua musim terakhir.
IBL seri Surabaya menjadi kenangan manis yang tidak terlupakan. Tetapi liga akan segera memulai babak baru. Dalam hitungan hari, IBL 2021 akan dimulai. Meski harus menyesuaikan diri dengan keadaan, setidaknya kompetisi basket profesional di Indonesia akan tetap bergulir. (*)
0 Comments