Jika berbicara soal sejarah pertama meraih medali perak SEA Games, jangan lupakan pula Suko Daryono. Masih teringat tujuh kali tembakan angkanya melesak masuk ke jaring Vietnam dan sumbangan 21 angka ini memastikan Indonesia meraih medali perak pertamanya saat SEA Games 2001 Kuala Lumpur. Suko juga menjadi bagian sejarah Indonesia menjadi juara SEABA 1996 di Surabaya dengan mengalahkan Filipina pada laga final
Posisi awal Suko adalah center alias big man, wajar dengan postur setinggi 198 cm. Ketajaman tembakannya justru dimulai ketika dia mengalami cedera sehingga harus absen selama enam bulan memperkuat klubnya waktu itu, Aspac. Saat cedera dia hanya berlatih mempertajam tembakan. Kim Dong Won, pelatih Aspac asal Korea waktu itu, melihat kelebihan Suko yang piawai menembak dengan postur tinggi.
"Mister Kim melihat keuntungan dari tembakan dan postur saya. Kalau lawan kuat di dalam, saya ditugaskan jadi shooter," ceritanya. Pulih cedera, Suko ikut membawa Aspac menjadi juara Kobatama 2000, 2001 dan 2002. Kemudian menjadi juara IBL 2003. Setelah gagal di final IBL 2004 kalah dari Satria Muda, Suko memutuskan pensiun. Suko kemudian memisahkan diri dunia bola basket. Dia serius menggeluti bisnis dan tinggal di Serang Banten bersama keluarga.
Perjalanan karier bolabasket Suko cukup unik. Dia pertama kali dipanggil mengikuti sebuah klub adalah karena kepiawaiannya bermain bolavoli. “Saya dulu pemain bolavoli tarkam. Klub Petrokimia Gresik melihat kemampuan saya dan memanggil untuk bergabung,” kenangnya.
Suko pun datang dari Nganjuk menuju Gresik untuk menjadi pemain bolavoli. Petrokimia ternyata juga membina cabang bolabasket. Pada suatu hari latihan, Suko didatangi atlet atlet basket, cabang yang ketika itu juga dibina oleh Petrokimia. "Saya ditantang untuk melakukan dunk, dan bisa saya lakukan," tuturnya. Padahal, sebelumnya Suko tak pernah bermain basket.
Pengurus cabang basket dan bola voli pun kemudian memperebutkan Suko. Posturnya yang 198 cm memang ideal untuk kedua cabang ini. Uniknya, Suko malah memilih basket.
"Tidak tahu kenapa sejak itu saya jadi senang bermain basket," akunya. Bola voli ditinggalkan, Suko serius berlatih basket, mulai dari nol !
"Benar benar dari nol. Saya baru belajar bagaimana menembak dengan benar dan teknik lainnya ya di Gresik," paparnya.
Mengejar ketinggalan Suko berinisiatif menambah latihan sendiri. Untuk fisik dia selalu melakukan pemanasan lari sepuluh putaran di lintasan atletik. "Latihannya bareng atlet atlet atletik," katanya. Dia juga menambah waktu latihan di lapangan basket.
Hasilnya luar biasa! Baru dua tahun berlatih, Suko terpilih masuk tim nasional untuk SEA Games 1989 Malaysia. "Saya satu satunya pemain basket Petrokimia yang masuk timnas, " katanya.
Sepulang dari Malaysia, Suko hijrah ke klub Asaba, nama awal klub Aspac. Kepindahannya membuat heboh. Suko diperebutkan pengprov Perbasi Jawa Timur dan DKI Jaya. "Akhirnya tahun 1993 saya perkuat DKI di PON. Sebelumnya saat PON 1989 saya membela Jatim,"ujarnya.
Suko membela tim nasional Indonesia pada SEA Games Manila 1991, Chiang Mai 1995, dan tentu saja yang paling berkesan adalah SEA Games 2001 Kuala Lumpur, sejarah medali perak pertama bagi Indonesia Di Kuala Lumpur, Suko menjadi pemain paling senior di tim nasional Indonesia dengan usianya yang sudah menginjak 33 tahun kala itu.
Ket photo : Jersey No 10
0 Comments