Posturnya bertinggi 182 cm, namun Ronald Median Nainggolan(jersey biru) tak pelak bisa disebut Raja Rebound pada era Kompetisi Kobatama. “Saya dua kali jadi Top Rebound, sekali Top Steal dan tiga kali MVP Kobatama,” kata Onat, sapaan karibnya.
Apa rahasia sukses jadi Top Rebound dengan tinggi “hanya” 182 cm. “Loncat saja,” katanya sambal tertawa. “Hobi saja jaman itu memang loncat. Timing meloncat juga perlu. Saya bisa lebih dulu meloncat saat pemain lain baru siap-siap meloncat, itu reflek” sambungnya.
Onat adalah bagian penting dari sukses Panasia Indosyntec menjadi juara Kobatama 1997 dan 1998. Onat pertama kali berlatih bolabasket di klub Doluks di Cimahi. Dia kemudian memperkuat Siliwangi pada Kobatama 1993. Kemudian hijrah ke Hadtex yang kemudian berganti nama menjadi Panasia Indosyntec. “Saat Hadtex juara dengan pemain asing 1994, saya belum bergabung. Saya ikut jadi juara ketika Kobatama tanpa pemain asing,” kenangnya.
Penampilan menawan Onat membawanya bergabung dengan tim nasional Indonesia yang sukses merebut medali emas SEABA tahun 1996 di Surabaya dengan mengalahkan Filipina di final. Dia juga kembali terpilih masuk tim nasional menghadapi SEA Games 1997 di Jakarta. “Ada sedikit kesalahan strategi. Kita melawan Filipina di hari pertama. Kami merasa diatas angin setelah menang di SEABA, padahal kekuatan Filipina sudah berubah dan kita kalah,” tuturnya.
Setelah SEA Games 1997, Onat tak lagi berada di tim nasional. “Saya focus menyelesaikan kuliah,” kata sarjana akuntansi lulusan Universita Padjadjaran Bandung ini.
Onat kini tinggal di Batam, Kepulauan Riau. Dia menjadi pengajar olahraga di Sekolah Global Indo-Asia. “Saya juga melatih basket anak-anak,” ujarnya.
Onat juga masih bermain pada Kelompok Umur Veteran. “Dulu saya bermain pindah-pindah tim veteran, sekarang menetap memperkuat tim veteran Buls,” tambahnya.
Raja rebound ini mengakui kemampuan para pemain bolabasket saat ini lebih bagus. “Postur mereka pun lebih mumpuni. Setinggi saya sekarang posisinya mungkin guard. Porsi dan cara latihan sekarang pun sudah berbeda,” katanya.
“Bermain basket sekarang harus lebih komplet, tidak bisa semata pakai cara-cara simple seperti dulu lagi,” ungkapnya.
Sayang Onat tak sempat berkiprah saat kompetisi level tertinggi di Indonesia ini bernama IBL. “Saya mundur pas ketika IBL akan dimulai pada tahun 2003. Jadi saya tidak pernah bermain di IBL,”ungkapnya.
0 Comments