Raymond Manuhutu adalah salah satu shooter legendaris di kancah perbolabasketan Indonesia. Dia bersinar ketika memperkuat Indonesia Muda berlaga di kompetisi level tertinggi Indonesia sejak era Kobatama.
Bola basket sebenarnya bukan olahraga pertama Remy atau Nambo sapaan karibnya. “Saya awalnya berlatih atletik dan taekwondo. Baru saat SMP kelas dua saya berlatih basket di IM dilatih Kak Rastafari, Kak Julisa, Kak Jeffry Tanasale dan mas Mincu ,” kenangnya. Ketajaman tembakan tiga angka sudah dikenal sejak bermain di kompetisi mahasiswa. “Sering juara three points contest sejak masih pemula. Sering juga juara antarkampus,” katanya.
Kariernya berlanjut bersama IM mengarungi level bola basket profesional Kobatama. “Saya masuk IM Kobatama di tahun 1994 bersama Ali Budimansyah dan Romy Chandra. Tujuh tahun saya bersama IM Kobatama,” ceritanya.
Tembakannya semakin tajam. Dia menjadi pencetak angka terbanyak [ada putaran ketiga Kobatama Lokal tahun 1996 dengan mencetak 99 angka. “Menjadi juara Kobatama lokal bersama IM tahun itu menjadi salah satu pengalaman paling berkesan selain ikut main melawan Magic Johnson All Star tahun 1997 dan jadi juara sekaligus top score Piala Walikota Tarakan,” akunya. Di Tarakan, Nambo sempat mencetak 45 angka hasil dari 13 kali three points plus enam angka dari tembakan dua angka.
Apa resep ketajaman three points nya? “Tiap hari saya selalu latihan sendiri menembak hingga 500 kali bola masuk. Kalau target 500 belum terpenuhi saya terus menembak,” tuturnya. “Pelatih-pelatih IM, Kak Fari dan Kak Amran saat jadi pemain adalah shooter andal, mereka akan marah kalau ada peluang menembak tidak dieksekusi. Kami harus percaya diri,” ujar Nambo. Ketajaman Nambo sempat dilirik untuk masuk pelatnas timnas menuju Kejuaraan SEABA 1996. Pada sebuah turnamen yang juga menjadi ajang seleksi. “Dua pertandingan pertama saya main bagus, bahkan jadi top scorer. Sayang usai gim ketiga saya black out alias pingsan sehabis pertandingan. Tiga pertandingan berikut main saya tidak maksimal,” katanya.
Kejadian black out tersebut membuat namanya tak lagi dipanggil. “Manajer tim saya waktu itu, Lexy Rohi bilang nama saya sebenarnya ada dalam daftar, tetap karena habis black out pelatih tak berani memanggil. Black out memang membutuhkan waktu recovery paling tidak dua minggu, sementara Kejuaraan SEABA 1996 sudah kurang dari seminggu,” katanya. “Memang salah saya tak bisa menjaga kondisi badan,” akunya.
Namun, Remy gembira sebab pada kejuaraan tersebut Indonesia berhasil menjadi juara dengan mengalahkan Filipina di laga final. “Makanya, saya sering sedikit kesal sekarang kalau menerima kekalahan dari Filipina sebagai hal yang wajar. Kita harus berusaha keras untuk menang, walau tentu semangat harus tiga kali lipat,” tegasnya.
Tujuh musim bersama IM, Nambo kemudian hijrah ke Bali Jeff Citra Satria Pelita pada tahun 2001. Setahun kemudian dia pindah ke Angsapura Medan, dua musim di Medan, Nambo kembali ke Jakarta memperkuat Pelita yang waktu itu bernama Mitra Kalila di kancah IBL. Semusim di Kalila , Nambo berkeluarga dan hijrah ke Kuala Lumpur dan Inggris untuk mulai bekerja di luar lapangan basket. “Saya mulai masuk di dunia event dibidang produksi dan hiburan musik, saya handle lighting production system dan stage production system,” katanya.
Kini dia memiliki perusahaan sendiri. “Masih di seputaran musik, tetapi saya juga buat system program dan kontraktor suply material dan event organizer. Perusahaan saya namanya PT Tigadaya Kreasi Bersama, saya CEO di perusahaan kecil tersebut,” tuturnya.
Ada filosofi dalam perusahaannya. “Kerja harus menghargai Tuhan, Alam dan Manusianya,” .
Sukses selalu, Nambo. Ketajaman tembakan akan selalu dikenang pecinta bola basket Indonesia.
Credit foto : FB memory atlet & peristiwa olahraga zaman dulu
0 Comments