Membahas sejarah basket Indonesia, tentu tidak lepas dari kiprah tim Bhinneka Solo. Tim ini memang melahirkan pemain-pemain yang kelak bakal memenuhi buku-buku sejarah basket. Namun ketika mereka bubar, banyak yang tak rela. Salah satu yang paling menyesalkan keputusan tersebut adalah Anton Sujarwo.
Keagungan Bhinneka Solo di kancah liga basket tertinggi di Indonesia, hanya menyisakan kenangan manis bagi penggemar basket Tanah Air. Kemudian ketika tim ini hilang dari peredaran sekitar pertengahan 2009, pemain-pemain Bhinneka sebagian besar hijrah ke Stadium Jakarta. Termasuk Anton Sujarwo. Point guard andalan Bhinneka tersebut menjelma menjadi pemain kunci di Stadium.
Anton juga masuk dalam kategori "manusia tiga liga" di basket Indonesia. Karena dia pernah bermain di IBL era lama saat masih berseragam Bhinneka lalu pindah ke Stadium, dilanjutkan bermain untuk Stadium di NBL Indonesia, dan terakhir bermain di tim yang sama pada IBL era baru di tahun 2016. Sayangnya nama Anton hilang dari roster tim IBL di musim 2017.
Anton merupakan point guard dengan kemampuan yang luar biasa untuk menembus paint area. Ketika dia bisa masuk area tersebut, maka sulit untuk dihentikan. Salah satu bukti betapa berbahayanya pemain ini adalah di musim 2011-12 dimana dia bisa mencetak field goals 45,4% secara keseluruhan. Belum lagi kemampuan tembakan tiga angkanya yang bisa mencapai 37,8% di musim tersebut. Di masa keemasannya, Anton pernah mencetak rata-rata 2,6 assist per game dalam 33 pertandingan.
Salah satu cerita yang paling diingat dari seorang Anton Sujawo adalah ketika dirinya selalu berharap Solo memiliki tim basket lagi setelah Bhinneka bubar. Anton memang lahir di Madiun, tapi namanya besar di Solo, ketika bermain untuk Bhinneka. Meski dirinya bermain untuk tim Stadium, namun ketika tampil di Solo, dia selalu menyempatkan untuk bertemu dengan mendiang Halim Sugiarto (Lie Hong Mee), mantan Ketua Bhinneka Solo, agar mau kembali mengurusi klub basket. Walaupun Anton tahu bahwa tidak mungkin mengembalikan Bhinneka. Tetapi dia tidak rela kota Solo dengan Sritex Arena sebagai salah satu ikon basket-nya, justru tidak memiliki klub yang berlaga di liga profesional.
Apa yang menjadi harapan Anton Sujarwo kini sudah terwujud. Bahwa Solo kembali memiliki tim basket profesional dan tampil di IBL. Ada West Bandits Solo, yang meski hanya memakai kota ini sebagai homebase, sampai akhirnya lahir Kesatria Bengawan Solo. Tim yang dalam dua tahun pertama tampil di liga sudah mencuri perhatian. Mungkin sekarang Anton Sujarwo bisa tersenyum, karena sudah ada wakil dari Solo lagi di liga kasta tertinggi Tanah Air. (*)
0 Comments