News News

IBL Legacy Award 2025: Bambang Susanto dan Semangat yang Terus Kuat

07 July 2025
|

7 Juli - Penghargaan dan apresiasi ini pertama kali diberikan pada musim IBL 2020 saat itu sebelum terhenti karena Covid-19, di mana pada awal musim yakni dilaksanakan di kota Semarang, IBL memberikan penghargaan ini (disebut Legacy Award) kepada pemain legendaris Sony Hendrawan, sebagai sebuah bentuk apresiasi kepada perjalanan serta inspirasi yang telah diberikan kepada tokoh yang memberi dampak kepada bola basket di tanah air.

Kemudian juga, di 2024 penghargaan serupa diberikan kepada mantan Ketua Umum PERBASI, almarhum Danny Kosasih sebagai bentuk kenangan dan apresiasi atas perjuangan dan dedikasi beliau untuk memajukan bola basket hingga saat ini.

Penghargaan tersebut merupakan wujud apresiasi dan simbol penghormatan mewakili para insan bola basket di tanah air kepada para tokoh yang berdedikasi tinggi, memberi kontribusi berarti yang sangat besar bagi perkembangan bolabasket Indonesia.

Di tahun ini, penghargaan tersebut diberikan kembali kepada tokoh yang sangat berpengaruh, IBL Legacy Award 2025 diberikan kepada pemilik dan pembina Klub Pacific Caesar Surabaya, Bambang Susanto, atau dikenal juga sebagai Suk Fuk. Dedikasi Suk Fuk, sudah terbukti di antaranya dengan mempertahankan eksistensi klub yang berdiri sejak 1968 secara mandiri dan melintang mengarungi berbagai era di kompetisi bola basket tanah air.

Perjalanan Suk Fuk dengan Pacific Caesar dimulai bukan hanya dari kursi manajemen. Ia mengawalinya sebagai pemain. Suk Fuk adalah bagian dari tim Pacific yang bertanding di berbagai kompetisi besar nasional, termasuk Kobatama dan Gubernur Cup Jawa Timur. Di era 1990-an, Suk Fuk turut mencatatkan sejarah dengan membawa Pacific juara 1 Kobatama Pratama dan peringkat 3 Kobatama dalam laga klasik kontra Pelita Jaya di Tasikmalaya pada 1991.

Setelah menutaskan peran sebagai pemain, Suk Fuk tak lepas tangan begitu saja untuk Pacific Caesar Surabaya. Pria penuh dedikasi tersebut naik ke level manajerial dan menjadi sosok sentral dalam keberlangsungan klub serta menjadi simbol pembaktian bagi basket Indonesia.

Menjaga Klub, Menantang Waktu

Pacific Caesar didirikan pada 8 Mei 1968 sebuah tonggak yang mencatat bahwa klub ini telah berdiri lebih dari separuh abad. Namun baru pada 11 Agustus 2011, di bawah komando Bambang Susanto, klub ini resmi menjadi klub profesional. 

Perjalanan menuju status tersebut bukanlah kisah tentang kemewahan, melainkan tentang ketekunan, keyakinan, dan keberanian menghadapi industri olahraga yang kian keras.

Pacific Caesar Surabaya pertama kali mengikuti kejuaraan profesional pada Kobatama 1992. Jatah tersebut didapat Pacific melalui kompetisi internal di wilayah Jawa Timur karena Kobatama membatasi jumlah peserta. Hasilnya Pacific Caesar bersama Golden Hand dan Halim Kediri berhak mewakili Jawa Timur di Kobatama.

Suk Fuk bergerak dalam diam, tetapi memberi banyak. Perannya tak hanya menjaga klub, tetapi juga melawan waktu. Dari banyaknya klub berguguran sejak Kobatama hingga IBL, Pacific Caesar Surabaya tetap berdiri, dan Suk Fuk adalah alasan utamanya.

Dedikasi Suk Fuk tak main-main. Pada 1997, GOR Pacific Caesar Surabaya diresmikan. Bangunan di daerah Kenjeran tersebut bukan sekadar kandang klub, tetapi simbol dari dedikasi jangka panjang seorang pria terhadap satu tujuan: basket Indonesia.

Suk Fuk pun dikenal sebagai penggerak olahraga bola basket di Surabaya yang tak mencari keuntungan semata. Energi dan waktu dicurahkan tanpa pamrih, dengan satu keyakinan bahwa basket Indonesia harus punya akar kuat, bukan hanya di Jakarta atau Bandung, tapi juga di Surabaya.

Pacific Caesar Surabaya tak dikenal dengan skuad ‘mewah’. Sebaliknya, klub yang identik dengan warna hijau tersebut adalah pencetak generasi basket Indonesia.

Nama-nama tenar seperti Indra Muhammad, Widyanta Putra Teja, dan Nuke Saputra adalah bukti bahwa Pacific Caesar Surabaya selalu memiliki pemain terbaik Indonesia.

Di masa sekarang, nama seperti Daffa Dhoifullah yang merupakan salah satu pemain muda di IBL dan telah berpredikat pemain All Star menjadi motor dalam permainan modern Pacific saat ini.

Di tengah ketatnya kompetisi, Suk Fuk selalu membuka ruang bagi mereka yang baru mulai. Banyak pemain muda yang mendapat jam terbang dan kemudian tumbuh bersama klub, bahkan melangkah lebih jauh ke tim nasional.

IBL Legacy Award menjadi simbol dedikasi dan konsistensi Sufuk. Trofi ini adalah napas panjang klub yang terus hidup. Di era basket modern saat ini dengan format home & away IBL, nama Pacific Caesar semakin menggema dan menunjukkan perkembangan penggemar dan akar rumput.

Dari sisi prestasi, di IBL 2025 Klub menutup musim di peringkat 10 meningkat cukup baik dari musim sebelumnya. Stadion identik warna Hijau yang dimiliki terus berdiri, pemain yang bertumbuh, dan riuh sorak penonton yang fanatik adalah wujud Bambang Susanto yang tak mengejar panggung, tapi justru membangun panggung untuk basket, dan untuk Indonesia.

Baca Juga: Future dan Legacy Kembali Hadir di IBL All Star 2024

0 Comments