News News

Tak Pernah Menyerah, Meski Didera Hukuman

29 March 2024
|

Brunei Darussalam 1999, tim nasional Indonesia berhasil meraih medali perunggu SEA Games. Diantara deretan pahlawan peraih medali perunggu salah satunya adalah Hardono Putra Prayogo yang saat itu bernaung di klub Bhinneka Solo.

Ido, sapaannya, mengawali berlatih bola basket di klub CLS Surabaya sejak usia 12 tahun. "Tahun 1983 atau 1984 saya masuk CLS. Tahun 1990 sudah ikut tim CLS bermain di Kobatama," kenang Ido. 

Dia pun juga dipanggil tim nasional mengikuti Kejuaraan Asia Senior di Beijing 1989, Kejuaraan Asia Junior di Nagoya 1990, Kejuaraan Pelajar ASEAN di Bangkok 1990 hingga SEA Games 1999. "Satu lagi Kejuaraan Asia di Hongkong yang saya lupa tahunnya," tutur Ido.

Dari CLS , Ido hijrah ke Bhinneka tahun 1997, namun tahun pertama bergabung dia tak bisa memperkuat tim asal Solo ini akibat mendapat hukuman skorsing dari PP Perbasi. 

"Saya dipanggil pelatnas untuk SEA Games 1997 di Jakarta, tapi tak bisa datang karena sibuk menyelesaikan skripsi yang sudah lama terbengkalai," kenangnya. "Akhirnya saya dihukum skorsing. Tahun tahun berikutnya ada pemain yang juga tak hadir di pelatnas tapi tidak lagi diskors," sambungnya.

Skorsing tidak melemahkan semangat Ido.  Terbukti pelatih Tjetjep Firmansyah memanggilnya masuk timnas SEA Games 1999. Ido adalah satu dari deretan shooter tajam Indonesia waktu itu.

Ido pensiun dari kompetisi tertinggi bola basket Indonesia pada tahun 2002. "Saya kembali ke Surabaya, tetapi masih diminta membantu Bhinneka. Tahun 2003 ketika IBL bergulir saya hanya ikut satu seri di Bandung itupun tidak memakai jersey," katanya.

Ido pun memilih pensiun total. Dia tak bisa memenuhi syarat pelatih Bhinneka saat itu, David Zhang. "Coach David mewajibkan untuk selalu ikut latihan. Saya tak bisa memenuhinya dan memilih pensiun," paparnya.

Sampai saat ini Ido masih berkutat dengan bola basket. Selain berlatih dan bertanding dengan rekan rekan veteran dia juga membina klub dan akademi basket WBS alias Western Basketball Surabaya. Salah satu siswanya adalah putranya sendiri yang kini sudah berusia 14 tahun.

Ido menikah dengan teman basket semasa di CLS , Vivian Connie Rae. Mereka berbahagia dengan empat anak. "Dua lelaki dan dua perempuan," tuturnya.

Terima kasih Ido, sudah menjadi bagian dari sejarah dan prestasi bola basket Indonesia. Kini tugasmu membina dan membimbing generasi penerus bola basket Indonesia

Baca Juga: IBL dan PP Perbasi Tegas Jatuhkan Hukuman Kepada Pemain Terlibat Match Fixing

0 Comments