Rastafari Horongbala. Mendengar namanya saja langsung terbayang betapa banyak prestasi yang sudah ditorehkan pelatih veteran itu. Rasanya, sulit menghitung prestasinya, baik di liga profesional, hingga di beberapa turnamen internasional saat menangani timnas Indonesia. Bahkan mungkin, ada beberapa orang di basket Indonesia, mungkin orang-orang lama yang masih ingat bagaimana Rastafari bermain. Namun yang pasti, Rastafari kini masih bersedia melatih tim. Amartha Hangtuah yang beruntung mendapatkan polesan tangan dingin Rastafari.
Pelatih kelahiran 16 Juni 1949 tersebut sudah bergelut di basket Indonesia sejak 1970-an. Pelatih yang akrab disapa Coach Fari ini pernah menangani tim-tim basket profesional di Indonesia seperti Pelita Jaya, Aspac, Stadium, hingga Hangtuah. Coach Fari juga dikenal sebagai orang yang gila basket. Bahkan bukan hanya dirinya, melainkan keluarganya. Istrinya adalah mantan pemain basket, Julisa M. Rastafari. Sementara putra pertamanya kini menjadi bintang basket Indonesia yaitu Andakara Prastawa Dhyaksa.
Soal prestasi sebagai pelatih, dalam 10 tahun terakhir, Coach Fari berhasil menyabet dua kali gelar pelatih terbaik. Keduanya di era NBL Indonesia, yaitu musim 2010-2011 bersama Pelita Jaya, dan 2012-2013 bersama Aspac.
Ada momen paling berharga bagi Coach Fari yang terjadi dalam 10 tahun terakhir. Tepatnya di musim 2013-2014. Saat itu, dirinya memimpin Aspac menang 83-67 atas Satria Muda dan mengamankan gelar kedua beruntun (back-to-back champion) NBL Indonesia. Tepat sehari berselang, Coach Fari berulang tahun. Ini merupakan peristiwa yang tidak terlupakan baginya.
Coach Fari sempat beristirahat dari basket Indonesia. Aspac yang sangat identik dengan permainanya, mulai mengubah arah. Coach Fari pun fokus pada pembinaan pelatih. Karena memang dirinya masuk di PP Perbasi untuk bidang kepelatihan. Kali ini, Coach Fari keliling Indonesia untuk membagi ilmu untuk para pelatih muda.
Tapi bukan Coach Fari namanya, kalau tidak membuat sensasi. Kali ini, dirinya memimpin tim Stadium pada turnamen perpisahan mereka. Sebelum bubar, Stadium bermain di Jawa Pos Pro Tournament 2016. Coach Fari didapuk sebagai pelatih. Hasilnya mengejutkan, bahkan tidak pernah diduga sebelumnya. Stadium mengalahkan Aspac, 77-62, di laga penentuan. Laga emosional itu menjadi sajian menarik bagi publik basket Surabaya. Dimana Valentino Wuwungan, Pringgo Regowo, Raymond Shariputra, Fanny Budianto, dana Abraham Damar Grahita bahu membahu menumbangkan Aspac. Tentu saja, kali ini Stadium mendapat sentuhan khas Rastafari Horongbala.
Di awal tahun 2020, Coach Fari terlihat membantu Tanago Friesian Jakarta memintanya menjadi penasihat pelatih. Sementara untuk pelatih kepala dipegang oleh Andrew Willer Tambinan. Mereka tampil bagus di Srikandi Cup 2020. Hingga akhirnya, Coach Fari kembali ke IBL.
Tim yang kini ditangani oleh Coach Fari adalah Amartha Hangtuah. Hangtuah tak berkutik menghadapi persaingan liga di bawah asuhan pelatih debutan, Harry Prayogo. Tetapi kali ini mereka mengambil langkah tepat di paruh musim kedua, dengan mendatangkan Coach Fari.
"Semangat anak-anak (Hangtuah) bertambah, Kak Fari adalah pelatih berpengalaman dan memiliki prestasi yang tak diragukan. Kami beruntung beliau mau menangani tim ini, sembari bisa belajar dari beliau," kata Harry, setelah Hangtuah menang di Kediri.
Peluang belum tertutup. Hangtuah di tangan Rastafari berubah 180 derajat. Tidak lagi tim yang mengandalkan kecepatan saja, melainkan mengandalkan strategi dan passing jitu. Eksekutor di paint area yang jadi ciri khas Rastafari kini menular ke Hangtuah. IBL 2020 yang akan rencananya dilanjutkan bulan September nanti, tampaknya akan semakin menarik dengan kehadiran tim di bawah asuhan Rastafari Horongbala. (*)
0 Comments