Satria Muda Pertamina (SM Pertamina) resmi mengikat kerja sama dengan Milos Pejic (50) pada hari Selasa, 1 Oktober 2019 di Jakarta. Milos Pejic merupakan pelatih berkebangsaan Serbia yang didapuk sebagai pelatih kepala SM Pertamina untuk musim 2020 mendatang, Pejic diikat kontrak selama 1 tahun oleh tim yang bermarkas di BritAma Arena, Kelapa Gading, Jakarta. Datangnya Pejic ke Jakarta merupakan wujud keseriusan SM Pertamina untuk mempersiapkan diri menyambut musim 2020 mendatang yang akan dimulai pada 10 Januari 2020.
Dalam wawancaranya, Milos Pejic menyampaikan beberapa hal terkait kedatangannya ke Indonesia:
“Sebelum bergabung dengan Satria Muda Pertamina, saya banyak menghabiskan waktu saya di Eropa Tenggara, saya pernah melatih di Asia, namun pada area yang berbeda, kala itu saya sempat menangani tim nasional Iran U-18. Tentunya tantangan yang ada disini akan berbeda jika dibandingkan dengan apa yang biasa saya hadapi sebelumnya, namun saya siap dan antusias untuk menjawab tantangan ini.”
“Saya sudah sempat berdiskusi dengan manajemen dan juga presiden klub, Mr. Erick Thohir. Pada 1 bulan pertama, saya akan lebih banyak melakukan observasi, melihat apa saja yang perlu dibenahi dan ditingkatkan, untuk membawa klub ini ke arah yang lebih baik lagi.”
“Bagi saya, terlalu dini untuk berkomentar tentang pemain, atau kualitas kompetisi di Indonesia. Saya sudah melakukan riset, namun saya tidak akan mengomentari apapun untuk saat ini. Saya disini untuk bekerja, dan itu yang akan saya lakukan segera.”
Dalam karir melatihnya Pejic banyak menghabiskan waktunya dengan melatih klub-klub di kawasan Balkan dan Eropa Tenggara seperti Serbia, Georgia, Bosnia, Makedonia, dan Montenegro. Terakhir, Pejic tercatat sebagai pelatih kepala BC Vera (Georgia) yang berhasil meraih gelar juara A-League Georgia musim 2019 lalu. Sementara di level Internasional, Pejic sempat menukangi tim nasional Iran U-18 pada tahun 2014.
Sebelum aktif melatih pada tahun 2002, Milos Pejic dulunya merupakan pemain profesional di Serbia dan Yugoslavia pada medio 1982-2001. Dalam karir bermainnya, Pejic yang bermain di posisi small forward sempat juga dilatih oleh Rajko Toroman yang saat ini menukangi tim nasional Indonesia.
Sementara Youbel Sondakh yang saat ini membantu tim nasional Indonesia sebagai asisten pelatih, akan tetap bersama tim nasional Indonesia pada musim yang akan datang. Youbel
sudah bergabung bersama tim nasional sejak awal bulan September lalu, dan saat ini sedang mendampingi tim nasional Indonesia bertanding di Piala Raja Jogja Istimewa 2019.
Pada hari pertama di Satria Muda, Milos Pejic langsung disambut oleh Presiden Klub Satria Muda, Erick Thohir, di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Paska pertemuan ini, Erick Thohir memberikan keterangan terkait penunjukkan Milos Pejic sebagai pelatih baru Satria Muda.
“Selama 3 tahun terakhir, Satria Muda kehilangan beberapa pemain yang pensiun dari tim, seperti Christian Ronaldo Sitepu, Roni Gunawan, dan Vamiga Michel. Hingga hanya tersisa pemain-pemain muda di tim Satria Muda, ditambah lagi pada musim kompetisi mendatang tim nasional Indonesia akan berkompetisi secara penuh di liga, yang artinya ada sekitar 4 hingga 6 pemain Satria Muda yang harus memperkuat tim nasional Indonesia pada musim kompetisi mendatang.”
“Kehadiran tim nasional dalam liga merupakan realitas yang harus kita dukung, tetapi Satria Muda sendiri harus tetap berkembang. Melihat situasi ini, dimana banyak pemain muda yang ada di tim Satria Muda, mengapa tidak sekalian kita perbaiki basic fundamental dari pemain- pemain kita, supaya dalam 1-2 tahun kedepan, mereka bisa lebih siap lagi.”
“Ini kesempatan bagi pemain-pemain seperti Sandy Ibrahim, Christian Gunawan, Rizal Falconi, Krsitian Liem, dan pemain-pemain lain yang menit bermainnya terbatas untuk membangun kapabilitas mereka supaya dapat bermain dengan lebih baik.”
“Secara umum, basket modern saat ini mengalami perubahan gaya permainan. Seperti pada Piala Dunia FIBA yang lalu, Amerika Serikat yang dihuni pemain-pemain berbakat sempat keteteran ketika menghadapi tim-tim dari Eropa dan Amerika Latin yang menggunakan sistem bermain kolektif. Mengapa Satria Muda tidak bisa mempelajari sistem-sistem baru yang baik, dan kita menjadi tempat pengembangan juga agar dapat berkontribusi kembali bagi basket nasional tidak hanya pemain, namun juga sistem permainannya.”
0 Comments