Stapac Jakarta memulai musim dengan manis, dan menutup dengan gelar juara. Itulah yang terjadi di IBL musim 2018-2019. Musim di mana Stapac benar-benar mendominasi kompetisi.
Cerita ini dibuka jauh sebelum rangkaian IBL musim 2018-2019 dimulai. Sosok Giedrius Zibenas pertama kali terlihat bersama Stapac di Surabaya. Saat itu, dirinya melihat Stapac bermain di turnamen Ulang Tahun Ke-50 Pacific Caesar Surabaya. Saat itu sudah santer berita bahwa Stapac akan dipegang pemain asing.
Benar saja. Pada IBL Go-Jek Pre-Season Tournament yang berlangsung di Sritex Arena, Solo (14-21 Oktober 2018), Stapac untuk pertama kalinya dipimpin oleh Coach Gibbi (sapaan akrabnya). Di babak penyisihan, belum terlihat perubahan besar di tim ini. Tetapi saat memasuki babak knock-out, Stapac menjelma jadi tim yang ditakuti. Bahkan mereka mengalahkan Pelita Jaya di final (62-56), dan merebut gelar juara Pra-Musim. Sebuah gelar yang menjadi oase di tengah gersangnya prestasi tim ini.
Selain mengambil rookie dan pemain asing, Stapac juga membeli seorang pemain yang bakal membawa perubahan besar. Itulah Kaleb Ramot Gemilang, yang diambil dari CLS Knights Indonesia.
Menariknya, justru Stapac terlihat kurang meyakinkan di awal musim. Penampilan perdana mereka tercoreng oleh Siliwangi Bogor. Maklum, saat itu beberapa punggawa lokal Stapac tidak bisa bergabung karena membela timnas Indonesia. Sementara itu Jordin Mayes dan Keenan Peterson mengalami masalah di awal musim.
Tetapi ini merupakan satu-satunya kekalahan Stapac di regular season. Pasca-terpuruk di awal, justru Stapac perlahan mendominasi. Mulai dari bergabungnya Kendal Lee Yancy, dan Savon Goodman. Membuat Stapac semakin perkasa.
Dalam 18 pertandingan regular season, Stapac menang 17 kali. Sebuah rekor yang meyakinkan untuk bisa menjuarai liga. Sebab, tim-tim lawan sudah melakukan berbagai cara menumbangkan Stapac. Namun tidak berhasil. Bukti bahwa Stapac mendominasi adalah banyaknya gelar individu yang didapatkan saat itu. Kaleb Ramot Gemilang terpilih sebagai Most Valuable Player, Agassi Goantara menjadi Rookie of The Year, Abraham Damar Grahita terpilih menjadi Sixthman of the Year, dan Widyanta Putra Teja jadi Most Improve Player of the Year.
Bermodal dominasi di regular season, seakan membuat jalan Stapac menuju tangga juara bak jalan tol. Tanpa hambatan, khususnya di semifinal dan final. Pada laga semifinal, Stapac menghajar Pacific Caesar Surabaya dengan keunggulan 2-0.
Beranjak ke laga final. Di pertandingan pertama, Stapac unggul 79-68 atas Satria Muda Pertamina Jakarta. Kekalahan yang menyakitkan bagi Satria Muda karena tunduk di kandang sendiri, Britama Arena. Kemudian C-Tra Arena Bandung menjadi saksi Stapac meraih gelar juara. Mereka menang 74-56 atas Satria Muda.
Seluruh anggota tim Stapac tumpah ruah ke lapangan. Pemain, pelatih, fans, bahkan keluarga pemain yang ikut menyaksikan laga puncak tersebut. Bahkan pemain pun menangis haru karena berhasil menutup musim dengan prestasi gemilang. Stapac terakhir menjadi juara pada musim 2013-2014 silam. Jadi gelar juara di musim 2018-2019 jadi penantian panjang tim ini. Gelar ini sekaligus jadi trofi ke-13 sejak Aspac hingga menjadi Stapac.
Nantikan cerita-cerita menarik di iblindonesia.com. (*)
0 Comments