Muhammad Rifky, salah satu legenda bola basket Indonesia, sudah tak lagi bermain bola basket. “Kesibukan membuat saya tak penuh lagi memperhatikan bola basket, apalagi bermain,” kata Rifky ketika dihubungi Jumat (6/9). Dia mengaku sudah meninggalkan bola basket.
“Sekarang hobi saya motor,” kata Rifky. Bahkan, putra sulungnya Muhammad Rakha Kyana (18 tahun) juga ikut-ikutan menjadi penggemar otomotif dibandingkan bermain bola basket. Bersama sang istri Tresiana, Rifky dikaruniai dua anak. Bungsunya seorang gadis, Keyla Maysaa Kyana (13 tahun).
Pekerjaan Rifky di Mahaka Sport masih berurusan dengan olah raga, namun bukan bola basket. “Saya bukan mengurus cabang olah raga lain, tetapi menggelar event untuk cabang tersebut, murni soal bisnis,” tuturnya.
Kiprah Rifky di dunia bola basket professional sudah segudang. Dia mengawali pada usia muda. “Kelas 2 SMA saya sudah bergabung dengan Pelita Jaya bermain di Kompetisi Basket Utama (Kobatama),” kenangnya. Dia bergabung dengan Pelita Jaya tahun 1988 hingga 1993, kemudian hijrah ke Aspac hingga tahun 1997. Tahun 1998-1999 dia kembali bersama Pelita Bakrie sebelum akhirnya mengakhiri karier sebagai pemain di Indonesia Muda Texmaco sekaligus merangkap sebagai pelatih.
Kariernya mengkilap. Bersama Pelita Jaya dia menjadi juara Kobatama non pemain asing tahun 1990 dan 1991. Bersama Aspac tiga kali menjadi juara Kobatama di tahun 1995, 1996 dan 1997. Yang paling dikenang penggemar bola basket barangkali adalah saat final melawan Panasia Indosyntec tahun 1995, bermain dengan rambut berwarna hijau, Rifky menjadi pahlawan Aspac, tembakan tiga angkanya di detik terakhir membuat Aspac menjadi juara dengan menang 73-70.
Karier kepelatihan berlanjut dengan menangani Citra Satria di tahun 2001. Rifky bahkan sempat dipilih sebagai asisten pelatih tim nasional tahun 2001-2003. Namun, dia kemudian memutuskan meninggalkan bola basket.
“Saat itu saya berpikir harus bekerja di luar bola basket. Itu saja alasannya,” katanya.
0 Comments