Generasi bola basket milenial mungkin hanya mengenal sosok Toto Sudarsono sebagai komentator dan pengamat andal, padahal Toto sudah lengkap menjalani karier di dunia bola basket.
Toto berkiprah di klub bola basket Indonesia Muda sebagai pemain sejak 1975. "Saya juga memperkuat IM di Gabatama pertama tahun 1982/1983, " kenangnya. Gabatama adalah singkatan dari Liga Basket Utama sebelum kemudian diubah menjadi Kobatama.
Toto sempat memperkuat tim nasional Indonesia di era tahun 1980-1983.
Tahun 1987, Toto hijrah ke Pelita Jaya sebagai pemain. Tahun 1990-1992 jabatannya berubah. Dia menjadi manager Pelita Jaya tahun 1990-1992. "Tahun 1993 hingga 2003 saya menjadi manager coach Pelita ," katanya.
Ketika Pelita sempat mengubah nama menjadi Kalila, Toto masih menjadi pelatih. Dia menjadi arsitek ditariknya Kelly Purwanto dan Yudi Mardiansyah dari Satria Muda dengan menukar jatah draft pick pertama Kalila.
Toto juga pernah menangani tim nasional junior Indonesia. "Itu tahun pertama Xaverius Prawiro masuk timnas junior," ungkapnya.
Dalam kesempatan terpisah, Xaverius pernah menyebut panggilan karibnya kini berawal dari coach Toto. "Kak Toto yang pertama memanggil saya Ius," kata Ius suatu ketika.
Toto juga pernah menjadi asisten pelatih timnas putri di bawah pelatih Rastafari Horongbala. "Saya lupa tahunnya, satu kejuaraan di Malaysia," tutur Toto.
Toto punya saran untuk penyelenggaraan kompetisi di Indonesia. "Mungkin kita bisa adaptasi PBA Filipina. Ada tiga kompetisi dalam setahun," usulnya.
Musim pertama adalah kompetisi khusus untuk pemain Indonesia. Musim dengan menggunakan satu pemain asing dengan tinggi di bawah 2 meter, sementara sesi kompetisi terakhir menggunakan dua pemain asing dengan salah satu bertinggi 2 meter. "Setiap sesi berdurasi tiga bulan," terangnya.
Selain menjadi komentator dan pengamat bola basket , Toto kini menjadi maniak olahraga sepeda. "Setiap ada perlombaan sepeda saya ikut serta," ujarnya.
Olahraga memang tak bisa lepas dari kehidupan Toto. Salam olah raga
0 Comments