News News

Lebih Dekat dengan Wahyudi, Legenda Halim Kediri

21 August 2022
|

Akhir tahun 1994, di usia 24 tahun, Wahyudi (jersey no 5)memutuskan pensiun dari Halim Kediri. Merintis bisnis dan fokus pada keluarga menjadi perhatian utamanya saat itu.

Fokus pada bisnis pula yang membuat dia menolak panggilan tim nasional untuk SEA Games 1995 di Chiang Mai Thailand. Sebelumnya, Wahyudi sudah memperkuat timnas pada Kejuaraan Asia di Beijing 1989, SEA Games Manila 1991, SEA Games 1993 Singapura dan Kejuaraan Asia Piala Sony Hendrawan di Jakarta 1993.

"Saat merebut medali perunggu SEA Games 1993, saya bermain bersama adik saya Sujudi, juga di Piala Sony Hendrawan," tuturnya.  

"SEA Games 1991 saya termasuk pemain paling muda, tapi SEA Games 1993 termasuk pemain senior bersama Aprijadi dan Nano Sukarma," kenangnya. Dalam persiapan menuju SEA Games 1993, timnas ikut serta dalam Kejuaraan Asia Junior di Hongkong. "Semua pemain SEA Games berangkat, pemain senior seperti saya, Apri dan Nano hanya jadi suporter," ujarnya.

Wahyudi mulai berlatih basket di klub Sahabat Banyuwangi. Bakat besarnya membuat dia dilirik dan ditarik klub Halim Kediri berlaga di Kobatama sejak tahun 1986. "Kami tiga bersaudara pernah bermain bersama di Halim. Tahun 1988 adik kedua saya, Lukman Hakim bergabung ke Halim, Sujudi menyusul di tahun 1990," ceritanya.

Pensiun dari Halim, Wahyudi merintis bisnis penggilingan beras sejak tahun 1995. Pertengahan 1996 dia diajak bergabung dalam berbagai pertandingan persahabatan klub Bhinneka Solo. "Saya main diantaranya bersama Ateng Sugianto dan Li Tjui Tek. Hanya untuk pertandingan persahabatan," tuturnya.

Ternyata Bhinneka punya ambisi lebih besar. Klub ini ingin bergabung dengan Kobatama, kompetisi level tertinggi saat itu.  Bhinneka ikut promosi degradasi dan akhirnya berhasil masuk Kobatama di tahun 1997.

"Jadinya saya main lagi. Terus terang tidak sepenuhnya fokus seperti di Halim. Konsentrasi terbagi dengan bisnis," akunya. Tahun 2000, Wahyudi benar-benar pensiun.  "Sekarang saya masih ikut tim veteran CLS," paparnya.

Wahyudi menilai para pemain bola basket sekarang lebih memiliki ball handling, speed dan otot lebih baik dibanding jamannya. "Hanya saja untuk mengimbangi tim tim papan atas Asia masih perlu kerja lebih keras," tutur Wahyudi yang kerap bermain sebagai guard atau forward.

"Sebenarnya saya lebih suka posisi forward, tetapi mungkin karena dinilai kurang tinggi jadi lebih sering dipasang sebagai guard," tuturnya.

Wahyudi belum berpikir untuk menjadi pelatih atau mendirikan akademi bola basket.  "Sepertinya belum ada waktu untuk melatih," ujarnya.

Pensiun di tim nasional pada usia muda, tetapi Wahyudi sudah memberi kontribusi berarti. Terima kasih legenda dari Banyuwangi.

Baca Juga: Sejarah Klub: Halim Kediri, Kejayaan Tinggal Kenangan

0 Comments