Jakarta, 25 Maret - Pada pertandingan antara DNA Bima Perkasa Jogja melawan Bumi Borneo Basketball Pontianak sempat menimbulkan reaksi atas gerakan pemain BPJ, Restu Dwi Purnomo sesaat setelah lay up nya diblok oleh pemain asing Bumi Borneo, Austin Mofunanya. Dari reaksi pasca aksi tersebut, Restu dianggap melakukan gesture dengan muka yang tidak sepantasnya dan menimbulkan asumsi ejekan yang mengarah kepada rasisme.
IBL pun melakukan pembahasan hal terkait dengan bidang kode etik PP Perbasi untuk kehati-hatian dalam melakukan penilaian atas sebuah tindakan. “Reviu tersebut dinilai reaksi yang tidak wajar, meledek atau merendahkan pihak lawan namun untuk membuktikan ledekan mimik muka, ternilai sebagai sebuah tindakan secara khusus mengarah rasisme atau tidak masih menimbulkan pro kontra, untuk itu perlu di dengar pendapat ahli melalui rekaman gambar yang tertangkap kejadian di lapangan tentang gerakan mimik tersebut agar tidak terjebak oleh opini”, ujar Charles Bronson, sebagai Ketua Bidang Etik PP Perbasi.
IBL pun menjalankan prosedur sebagaimana seharusnya dengan melakukan tinjauan terhadap peristiwa tersebut. “Dari sisi teknis, tinjauan ulang pengawas pertandingan menilai apa yang dilakukan Restu tidak termasuk kategori unsportmanlike foul, technical foul ataupun diskualifikasi. Perihal gesture muka dapat menimbulkan berbagai persepsi, termasuk rasisme yang dikarenakan reaksi perilaku negatif tersebut dilakukan setelah aksi lawan seorang pemain asing. Meskipun demikian, dengan alasan apapun, tindakan reaksi tersebut secara tegas tidak dapat dibenarkan”, tambah Junas Miradiarsyah, Direktur Utama IBL.
Atas hal tersebut, IBL mengaitkan dengan Peraturan Kode Etik perihal Etika Personel Klub IBL yang menjunjung tinggi asas sportivitas, dan bertingkah laku sesuai dengan norma kesopanan. Dan, tindakan atau perbuatan yang dapat memancing emosi pemain lawan, pelatih lawan, ofisial lawan, perangkat pertandingan maupun penonton (Bab IV Pasal 1). Manajemen BPJ mendapatkan peringatan keras agar hal serupa tidak terulang dan menjadi pembelajaran bagi seluruh pihak disertai sanksi material sesuai dengan aturan yang berlaku. Secara bersamaan, proses investigasi tambahan tetap terus dilakukan.
Dari pihak manajemen BPJ dan Restu sendiri menyatakan permintaan maaf melalui media sosial milik BPJ. Dia menyatakan tak pernah ada maksud untuk rasisme seperti pelecehan, diskriminasi dan kalimat yang mengarah.
Peristiwa tersebut direspon klub-klub peserta IBL dengan maksud melakukan kampanye anti-rasisme. Menanggapi hal ini, IBL menyambut dengan baik.
"Sejak awal, IBL menentang keras segala bentuk rasisme, hal serupa pun pernah menjadi salah satu komunikasi beberapa waktu lalu dengan menanggapi isu seperti ini”, tegas Junas. Dia yakin semua klub peserta IBL memiliki semangat sama.
"IBL dan peserta sangat menjunjung kesetaraan. Kami tidak akan pernah mendukung seluruh bentuk intoleransi terhadap perbedaan," katanya.
Spirit olah raga adalah tak hanya bersaing secara kompetitif tetapi juga menghargai segala perbedaan. Nilai nilai kesetaraan ini yang akan selalu dijunjung oleh IBL.
0 Comments