Pada perayaan ulang tahun ke 74, PP Perbasi memberikan Lifetime Achievement Award kepada insan-insan bolabasket Indonesia yang dinilai telah memberikan dedikasi hampir sepanjang hidupnya pada bolabasket Indonesia. Pengharagaan tersebut diberikan pada saat Gala Dinner di The Sunan Hotel Solo, Sabtu malam (25/10). Salah satu penerima penghargaan Lifetime Achievement Award adalah pebasket legendaris asal Bali, Tri Adnyanaadi Lokatanaya.
"Matur Suksma, ini juga berkat berita-berita yang ditulis teman-teman wartawan," kata Tri.
Tri sempat menderita sakit. Saat itu komunitas jurnalis olahraga memberika dukungan padanya. "Berkat motivasi dari teman-teman wartawan olahraga, saat saya sakit begitu besar dukungannya sehingga saysa bisa bangkit lagi," akunya.

Tri adalah salah satu legenda. Perjalanan basketnya bersama tim nasional panjang. Dia membela tim nasional Indonesia sejak 1989 hingga 2005.
Mengawali berlatih di klub Merpati Bali, Tri kemudian memperkuat tim Pulau Dewata ke Pekan Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia (POPSI) tahun 1986 yang membuat dia terpilih masuk Sekolah Olah Raga Ragunan Jakarta. "Saat di Ragunan saya masuk klub Merah Putih binaan tokoh Perbasi saat itu, Aoh Rosalam," ceritanya.
Tahun 1988 dia sempat memperkuat klub Glory asuhan Danny Kosasih dalam sebuah turnamen. Bakat besarnya tercium boss Aspac, Irawan Haryono alias Kim Hong. "Koh Kim Hong kemudian menarik saya ke Aspac, waktu itu masih bernama Asaba," tuturnya.

Dia kemudian terpilih masuk tim nasional pelajar dan junior Indonesia pada tahun 1988-1990. Masih berusia junior pula Tri sudah direkrut masuk timnas senior sejak tahun 1989. Dia ikut serta dalam SEA Games 1991 hingga 1999. SEA Games 2001 pun sebenarnya Tri juga terpilih, tapi cedera memaksanya batal ikut serta. "Bahu saya cedera, tangan saya tak bisa diangkat," kenangnya.
Cedera itu bukan pertama dialami Tri. Tahun 1993 dia harus menjalani operasi setelah mengikuti SEA Games 1993. Hal ini membuat dia harus absen berlaga di Pekan Olah Raga Nasional (PON) 1993. "Jadi saya tak pernah mengikuti PON, sebab PON berikutnya cabang bolabasket menggunakan aturan batasan umur," tuturnya.
Tri sudah membuktikan diri mampu bangkit setelah diterpa cobaan. Bolabasket memang tak bisa dilepaskan dari hidupnya. Hingga kini masih berkiprah dalam pembinaan bola basket di Bali. Pantas baginya mendapatkan Lifetime Achievement Award. Selamat dan terima kasih, legenda! (*)
0 Comments