Soal kesetiaan, Dimas Mahendra jagonya. Pemain yang juga dikenal dengan nama Mbot ini tidak pernah pindah klub sejak 1998 hingga akhirnya gantung sepatu pada tahun 2005. Kisah ini sudah berulang kali diceritakan. Namun yang menarik justru bagaimana dia bisa bertahan di Aspac, yang memiliki deretan guard berlabel bintang kala itu.
Sepanjang kariernya, sosok yang dulunya berposisi point guard ini tak pernah pindah dari Aspac, yang dibelanya periode 1998-2005. Padahal, dulu Dimas Mahendra kesulitan untuk bisa menembus tim inti di klub milik Irawan Haryono tersebut. Sebab roster tim Aspac kala itu cukup menakutkan, khususnya untuk backcourt.
Kita ambil contoh saja di roster Aspac 2005, atau musim terakhir Dimas Mbot ada di tim tersebut. Nama-nama guard yang ada dalam roster-nya adalah Ali Budimansyah, Antonius Ferry Rinaldo, dan Mario Wuysang. Bisa dibayangkan betapa sulitnya menembus nama-nama ini di tim utama.
Tapi ini justru memicu semangat Dimas Mbot untuk merawat jiwa kompetitifnya. "Saya bertahan di Aspac justru karena penasaran ingin bersaing dengan guard-guard terbaik Indonesia. Pengalaman dan suasana seperti itu yang mahal di Aspac. "Rasanya dipercaya menjadi supporting players dengan defensive skill-nya, merupakan kesempatan yang layak untuk diambil," ungkapnya.
Kalau melihat perjalanannya, Dimas Mbot tidak sepenuhnya menjadi pemain pengganti. Berawal pd tahun 2003, ada momen di mana Denny Sumargo cedera. Head coach Geraldo Ramos Villalon mempercayainya yang akhirnya menjadikan Dimas menjadi pemain dengan defense yg cukup solid. Sebelum akhirnya pada tahun 2005, Dimas sebenarnya mendapatkan tawaran bergabung ke Bhinneka Solo, tapi dia terlanjur memutuskan untuk pensiun.
Dari Dimas seharusnya banyak pemain belajar, bahwa pindah tim bukan salah salah satu cara menyelesaikan masalah menit bermain. Karena banyak pemain yang pindah klub, justru tidak mendapatkan jaminan bermain. Apalagi jika skema permainan mereka tidak cocok dengan kemampuannya.
Bertahan, dan tetap kompetitif, itulah yang bisa kita pelajari dari Dimas Mbot, yang kini menjadi komentator dan analis IBL. (*)
0 Comments