Setiap klub peserta Kompetisi IBL 2026 nanti boleh menggunakan tiga pemain asing termasuk naturalisasi atau heritage player, dua pemain bertinggi maksimal 200 cm dan satu pemain boleh di atas 200 cm. Namun, ada batasan lain yang harus ditaati oleh klub-klub peserta IBL 2026.
Aspek lain yang menjadi perhatian utama adalah penyesuaian dan penerapan salary cap bagi pemain asing. Pada musim 2026, IBL menetapkan batas gaji maksimum sebesar USD 30.000 per bulan. Peraturan ini dirancang untuk menjaga proyeksi finansial klub serta daya saing kompetisi.
Nominal sebesar USD 30.000 didasarkan pada rataan pengeluaran klub pada musim 2025 untuk 3 pemain asing dan 1 pemain naturalisasi / heritage berada di kisaran USD 27 ribu, adapun angka tersebut merupakan akumulasi nominal yang tertera pada setiap kontrak yang diserahkan kepada liga saat sebelum pendaftaran roster. Meskipun demikian, terdapat juga tim dengan pengeluaran yang cukup jauh diatas dan juga dibawah nominal tersebut.
Bagi tim dengan nominal pengeluaran lebih dari standar (cap) yang ditetapkan, terdapat ketentuan yang harus diikuti. Terdapat beberapa tingkatan berdasarkan range nominal kelebihannya.
Pengeluaran USD 30-40 ribu per bulan: Tim dengan pengeluaran lebih dari USD 30 ribu per bulan maka akan dikenakan denda 1:1, yang artinya nominal kelebihan diatasnya harus dibayarkan kepada liga. Sebagai contoh: Tim A pengeluaran USD 35 ribu, maka sebesar USD 5 ribu (dalam Rupiah) harus dibayarkan sebagai denda.
Pengeluaran USD 40-50 ribu per bulan: Akan dikenakan denda 1:2 secara progresif. Sebagai contoh: Tim A pengeluaran 45 ribu, maka sebesar USD 10 ribu + (USD 5 ribu x 2) = USD 20 ribu (dalam Rupiah) harus dibayarkan sebagai denda. Selain itu, akan dikenakan potongan subsidi sebesar 25%.
Pengeluaran USD 50-60 ribu per bulan: Akan dikenakan denda 1:3 secara progresif. Sebagai contoh: Tim A pengeluaran 55 ribu, maka sebesar USD 10 ribu + ((USD 10 ribu x 2) + (USD 5 ribu x 3)) = USD 45 ribu (dalam Rupiah) harus dibayarkan sebagai denda. Selain itu, akan dikenakan potongan subsidi sebesar 50%.
Pengeluaran diatas USD 60 ribu per bulan: Akan dikenakan denda 1:3 secara progresif. Sebagai contoh: Tim A pengeluaran 65 ribu, maka sebesar USD 10 ribu + ((USD 10 ribu x 2) + (USD 15 ribu x 3)) = USD 75 ribu (dalam Rupiah) harus dibayarkan sebagai denda. Selain itu, akan dikenakan potongan subsidi secara penuh dan pengurangan poin.
Untuk pengurangan poin bagi tim yang melakukan pengeluaran diatas USD 60 ribu per bukan ini dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Pengurangan 1 point untuk setiap game selama dalam masa pengeluaran tersebut. 2. Diberlakukan pada musim kompetisi yang sedang berlangsung setelah tanggal keputusan tertulis dari Komite yang menangani khusus Salary Cap dikeluarkan. 3. Apabila dikemudian hari ditemukan fakta terhadap kelebihan batasan nominal belanja pemain asing setelah musim kompetisi berakhir, maka akan dibebankan pada musim kompetisi selanjutnya. 4. Sanksi pengurangan poin tidak dikenakan apabila Klub melakukan pergantian pemain asing dan total pengeluaran klub dinyatakan tidak melebihi $ 60,000/bulan berdasarkan verifikasi Komite.
Tim yang melebihi nominal wajib membayarkan ke IBL dan akan didistribusikan kepada tim yang tidak melakukan pelanggaran.
Dalam hal pengawasan, IBL membentuk tim khusus atau disebut Governance & Compliance Committee, sebuah Komite khusus yang akan dipimpin oleh David Crocker (sebelumnya FIBA Executive Director - yang memiliki pengalaman serta jangkauan network di dunia bola basket Internasional).
Dengan batasan nilai pengeluaran pemain asing per bulan (Foreign Players Cap) kali ini maka terdapat penyesuaian batas keseluruhan belanja per musim (termasuk lokal), yang musim sebelumnya 10 M untuk keseluruhan belanja pemain menjadi tidak ada. Kedepan, IBL akan formulasikan rencana batasan untuk pengeluaran pemain lokal dengan tujuan pemerataan distribusi talenta serta peningkatan kemampuan batas bawah pengeluaran Klub untuk belanja pemain.
Salary cap di beberapa negara diterapkan dengan formula yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama, yakni proyeksi stabilitas finansial secara jangka panjang dan juga peningkatan level kompetisi bagi seluruh peserta liga. Tentunya hal ini juga diperlukan terwujudnya transparansi serta semangat sportifitas dari seluruh pihak untuk bersama-sama mewujudkan persaingan yang lebih merata kedepan.
0 Comments