Ali Budimansyah tak bisa disangkal lagi adalah salah satu legenda bolabasket Indonesia. Dia menjadi satu-satunya pemain Indonesia yang masuk dalam tim Asia All Stars. Budi terpilih menjadi pemain bintang-bintang Asia pada 1998.
Dia selalu dibandingkan dengan Michael Jordan, mega bintang bolabasket dunia, panggilan akrab sekaligus julukannya menunjukkan apresiasi pecinta basket terhadap prestasinya, “Budi Jordan”.
“Itu apresiasi orang terhadap saya. Saya tidak merasa permainan saya seperti Michael Jordan. Memang, ada beberapa Gerakan Jordan yang saya contoh di lapangan,” katanya. Budi menduga masyarakat memberikan julukan Budi Jordan, karena dia dengan postur tak begitu tinggi sudah melakukan dunk.
Jordan memang menjadi salah satu idola Budi, namun dia juga mengagumi bintang lainnya seperti Isaiah Thomas dan Earvin “Magic” Johnson.
Talenta Budi memang luar biasa, namun itu diiringi pula dengan kerja keras. Digembleng sang kakak yang juga legenda basket nasional, Bambang Hermansyah, Budi kecil bahkan sudah diajak lari dari rumahnya ke Senayan. “Waktu itu mungkin saya umur 10 tahun, sudah latihan fisik lari hampir sejauh 10 km,” tuturnya.
Di lapangan basket dia juga ditempa. “Saya harus memasukkan bola lewat lay up kiri dan kanan masing-masing sebanyak 50 kali. Jadinya seperti hapal, tanpa melihat ring pun saya bisa memasukkan bola dengan lay up,” ceritanya.
Usia Sekolah Menengah Pertama, Budi sudah bertandinga melawan pemain-pemain usia SMA dan menang. Bakatnya terus diasah dan makin mengkilat. Budi masuk dalam barisan perebut medali perunggu pertama kali bagi Indonesia pada SEA Games 1993 di Singapura. Perunggu kembali diraihnya pada SEA Games Brunei Darussalam 1999. Dia masuk pula dalam tim nasional Indonesia perintis perebut medali perak pada SEA Games Kuala Lumpur 2001.
Ali Budimansyah memang seorang legenda. Meski merasa tak mirip, pantaslah dia dipanggil “Budi Jordan”.
0 Comments