Jakarta - Fisyaiful Amir berangan-angan, setelah skripsi rampung dan sidang berjalan mulus, jelang akhir tahun ini titel sarjana teknik industri sudah melekat di namanya. Rencana atlet bola basket Amartha Hangtuah ini nyaris buyar setelah terpaan wabah Covid-19 datang dan menghambat berbagai aktivitas, termasuk olahraga dan pendidikan.
Usai Indonesian Basketball League 2020 dihentikan di Malang pada pertengahan Maret lalu, skuad Amartha Hangtuah kembali ke mes di Jakarta. Setibanya di ibu kota, If langsung berkemas dan kembali ke Bandung untuk mengurusi tugas akhirnya. Setelah beberapa hari berada di kota berjuluk Paris van Java tersebut, muncul kebijakan penutupan kegiatan tatap muka di kampus.
Pemilik tinggi badan 182 cm ini harus beradaptasi dengan kegiatan belajar-mengajar yang telah bermigrasi ke ruang maya. Aplikasi komunikasi video Zoom menjadi wadah di fase bimbingan dari dosen, jelang sidang skripsi. "Yang paling repot pas bimbingan online, jumlah mahasiswa yang ikut sering tidak lengkap. Kadang hanya empat orang," tuturnya.
If merasakan beban dari perubahan metode penyampaian materi akademis secara daring, salah satunya keterbatasan dalam mengakses internet. "Untungnya ada kebijakan kampus tentang subsidi pulsa, makanya kegiatan bimbingan online ini tetap berjalan meski agak tersendat-sendat," ujar pemuda yang berhasil mengemas 16 poin dan 8 rebound pada debutnya bersama Amartha Hangtuah.
Pebasket dengan nomor punggung 2 ini, kenyataannya, hanya memerlukan beberapa langkah lagi untuk mencapai gerbang sarjana. Langkahnya terhenti sejenak setelah aktivitas perkuliahan secara luring dihambat virus mematikan ini. "Kalau nggak ada korona, target sidang mustinya Mei tahun ini. Tapi dengan kondisi seperti sekarang ini, diundur sampai Juli atau Agustus. Mudah-mudahan saya bisa diwisuda (pada tahun) 2021," demikian If.
0 Comments