Julukan one man team patut disandangkan pada Athmadi Mahendra (jersey no18) yang setia bersama satu klub, Aspac. Dia bermain untuk Aspac di liga profesional pada tahun 1997 hingga 2005.
"Belajar basket pertama juga di klub Aspac," kata Dimas alias Mbot, sapaan karibnya.
Berada di bawah bayang-bayang point guard besar seperti AF Rinaldo, Ali Budimansyah hingga Mario Wuysang bukan masalah bagi Dimas.
"Saya bertahan di Aspac justru karena penasaran ingin bersaing dengan guard guard terbaik Indonesia," tuturnya. Keteguhan itu membuat dia menolak pinangan klub-klub lain.
"Saya suka berada dalam tim besar sekaliber Aspac. Banyak pengalaman saya dapat karena secara periodik selalu beruji coba lawan tim negeri," ujarnya. "Saya juga banyak mendapat pelajaran dari para pemain andalan nasional di tim Aspac," sambungnya.
"Pengalaman dan suasana seperti itu yang mahal di Aspac. Rasanya jadi pemain keenam sudah cukup oke," paparnya. Apalagi, bos Aspac, Irawan Haryono alias Kim Hong selalu memberi dukungan pada studi para pemainnya.
"Bahkan, sampai menempuh jenjang S2 pun beliau selalu support. Tinggal bergantung pada pribadi pemain masing-masing, " katanya.
Dimas tak sepenuhnya menjadi pemain pengganti. Di era kepelatihan Bong Ramos di tahun 2003, dia kerap diturunkan sebagai starting five Aspac. "Awalnya saat uji coba di Filipina, Denny Sumargo cedera. Bong memberi saya kesempatan tetapi dengan menggeser posisi ke shooting guard dan tugas utamanya adalah defense," kenangnya. Dimas sanggup menjalankan tugas dan kepercayaan. Defensenya mendapatkan pujian.
Di tahun 2005, Dimas sebenarnya mendapatkan tawaran bergabung ke Bhinneka Solo. "Tawarannya sebenarnya yahud banget, tetapi saya sudah bertekad pensiun dari basket profesional," papar Dimas yang sempat masuk timnas basket junior Indonesia di tahun 2002.
Dimas kini hanya bermain pada tim komunitas bola basket di sekitar pemukimannya. Dia menjalani hidup dengan bekerja pada sebuah perusahaan alat komunikasi tenar.
"Alhamdulillah saat bermain basket dan bekerja selalu bergabung dengan tim kaliber wahid," katanya sambil tertawa.
Bukan berarti Dimas melupakan bola basket Indonesia. Dia ikut serta menggagas kanal Pakar Basket bersama dua rekannya, Andi "Batam" Poedjakesuma dan M. Bayu Radityo. "Kita mau menjahit missing link antara pemain masa lalu dan masa kini," tuturnya.
Credit foto : Dokumentasi Pribadi
0 Comments