Penggemar bola basket Indonesia harus mengenal Johni Herry (jersey no 12), salah satu point guard legendaris Indonesia. Teknik mumpuni dan visi bermain tajam menjadi kelebihan Johni Herry. Jika AF Rinaldo, point guard legendaris pada era setelahnya, menyebut Johni sebagai idolanya, tentu kemampuan Johni tak perlu diragukan lagi.
Johni malang melintang dalam tim nasional Indonesia dalam kisaran tahun 1983-1989. “Saya pertama kali dipilih masuk tim nasional saat Kejuaraan Asia di Hong Kong tahun 1983,” kenangnya.
“Hanya dua kali saya ikut SEA Games, karena juga sempat diselingi cedera. Saya ikut SEA Games 1985 di Chiang Mai Thailand dan SEA Games 1987 di Jakarta,” kata Johni yang tahun ini memasuki usia 60 tahun. “Saya masih main basket di tim veteran Buls,” uajrnya.
Johni mulai berlatih basket sejak SMA di klub Indonesia Muda. Dia ikut membawa Indonesia Muda menjadi juara Gabatama (Liga Basket Utama) pada tahun 1982 dan 1983. Gabatama adalah kompetisi level tertinggi nasional sebelum namanya berubah menjadi Kobatama dan kelak kemudia menjelma menjadi IBL.
Johni kemudian pindah ke klub Asaba, cikal bakal Aspac, dan mengantar Asaba menjadi juara Kobatama tahun 1987 dan 1988. “Musuh bebuyutan Asaba waktu itu adalah Halim Kediri. Tiap final selalu bertemu mereka,” ceritanya.
Tahun 1990, Johni ditarik klub Pelita Jaya. Hanya setahun dia di Pelita Jaya namun ikut andil membawa Pelita Jaya menjadi juara. Tahun 1991 dia pindah ke Jakarta Utama. “Klub ini kemudian mundur dari Kobatama, dan saya pensiun di usia 31 tahun,” kenangnya.
Johni berharap prestasi bola basket nasional bisa semakin meningkat. “Seharusnya memang bisa lebih berprestasi, fasilitas dan kesejahteraan pemain makin bagus,” katanya.
Credit Foto : Dokumentasi Pribadi
0 Comments