Pandemi virus corona yang melanda dunia berdampak ke berbagai sektor termasuk olahraga. Beberapa liga top seperti NBA, Premier League, LaLiga, Bundesliga, dan lainnya terpaksa berhenti sementara.
Tak terkecuali Indonesia Basketball League (IBL) Pertamax 2020. Saat sudah memasuki 65 persen kompetisi, liga basket tertinggi Tanah Air terpaksa berhenti.
IBL bahkan menjadi liga pertama di Indonesia yang memutuskan berhenti sementara. Saat situasi mulai tidak memungkinkan, IBL membatalkan seri Malang yang hampir berjalan.
“Saat 13 Maret 2020, IBL sedang panasnya, memasuki akhir musim reguler, kami putuskan berhenti akibat situasi tidak memungkinkan,” ujar Direktur IBL, Junas Miradiaryah, saat menjadi pembicara di Media Academy dalam tajuk Sports Management di Masa Pandemi.
Penghentian sementara membuat IBL harus berpikir ulang bagaimana memulai kompetisi kembali. Apalagi, situasi tidak bisa normal seperti semula.
IBL tentu tak bisa sekadar memulai kembali kompetisi. Banyak hal yang perlu diubah dan dikoordinasikan.
“Sebelum memulai kembali, kami banyak bersinergi dengan beberapa pihak seperti Kemenpora, Gugus Tugas, BNPB, dan Kemenkes. Hal ini kami lakukan agar bisa mendapat gambaran bagaimana melanjutkan kompetisi dengan aman,” ujar Junas.
Menghelat kompetisi di masa pandemi menjadi tantangan. Tak hanya IBL, tetapi juga liga atau kompetisi olahraga di seluruh dunia.
NBA beradaptasi dengan menghelat playoff di bubble, Premier League menggelar pertandingan tanpa penonton, dan banyak liga lainnya yang melakukan hal serupa.
IBL kemudian memutuskan mengubah format kompetisi. Musim reguler dinyatakan usai dan seluruh tim masuk ke playoff.
“Di masa pandemi, IBL melakukan restart, prosesnya kami ulang dari awal. Games format kami ulang dari nol karena situasinya berubah. Setiap klub seharusnya diperkuat tiga pemain asing, tetapi karea pandemi ini mereka tidak bisa kembali karena keselamatan,” ujar Junas.
“Selain itu, event ini karena orientasinya bisnis, berarti ada yang mengharapkan timbal balik. Perkejaan rumahnya adalah bagaimana meningkatkan aktivasi yang biasanya di lapangan, kami ubah di digital,” imbuh Junas.
Berjuang di masa pandemi tentu tidak mudah. Namun, IBL berkomitmen ingin menyuguhkan hiburan bagi masyarakat. Selain itu, dengan bergulirnya kompetisi, maka roda ekonomi juga kembali berjalan.
“Sekarang ini kami terus medetailkan rencana kami untuk melanjutkan kompetisi. Namun, di situasi seperti ini, kami juga sadar, apapun rencana yang kami buat harus realistis melihat kondisi. Kami berupaya membuat olahraga tidak mati dan industrinya tetap hidup,” ujar Junas.
0 Comments