Direktur IBL musim pertama pada tahun 2023, Ary Sudarsono yang juga mantan wasit FIBA menyambut gembira IBL Referee Development Program.
"Program ini sangat bagus, dulu belum ada program pengembangan wasit seperti ini. Dulu jarak kualitas antara wasit FIBA dan yang belum juga masih jomplang," kata Ary yang juga menjadi pemberi materi pada IBL Referee Developmnet Program.
"Wasit bolabasket Indonesia harus lebih percaya diri, terutama wasit-wasit baru masih harus banyak belajar," saran Ary. "Penguasaan bahasa asing juga menjadi penting. Apalagi kini banyak pemain dan pelatih asing berkualitas bermain di kompetisi IBL," lanjutnya.
"Bagaimana bisa berdiskusi dan menjelaskan kepada pelatih serta pemain asing jika penguasaan Bahasa Inggris kurang. Wasit mutlak harus bagus, tanda-tanda game berjalan dengan baik adalah dengan tidak banyaknya complain," tuturnya.
Ary bahkan menyebut jumlah 45 orang wasit yang dipersiapkan untuk memimpin pertandingan-pertandingan Kompeisi IBL 2025 masih kurang. "Jumlah 45 itu masih minim untuk kompetisi dengan sistem home and away, harus dipersiapkan lebih untuk berjaga jika terjadi force majeur seperti misalnya ada wasit yang sakit," sambungnya.
Paling tidak dalam satu pertandingan harus ditugaskan empat wasit. "Tiga wasit memimpin di lapangan dan satu wasit sebagai cadangan," jelas Ary. Dia juga menyarankan dibentuknya komisi wasit IBL.
"Pada liga basket Filipina ada badan Barecom (basketball referee commission), ini bisa menjadi acuan, NBA pun memiliki komisi wasit tersendiri terpisah dari asosiasi basket nasionalnya," kata Ary.
"Memang perlu proses, namun sekali lagi apa yang dilakukan IBL bekerjasama dengan Perbasi dengan Referee Development Program adalah langkah yang bagus," pungkasnya. (tav)
0 Comments